Sabtu, 15 Desember 2018

POTENSI BUDIDAYA IKAN SIDAT



POTENSI BUDIDAYA SIDAT

Budidaya ikan sidat (Anguilla bicolor) salah satu peluang usaha yang sangat potensial untuk dikembangkan. Dalam kegiatan budidaya perikanan terdapat pengelolaan intensif dengan melakukan pengelolaan air, seleksi benih, pengelolaan pakan, pengendalian hama dan penyakit setiap komponen tersebut terkait erat, namun usaha yang paling menentukan secara ekonomis adalah pengelolaan pakan. Kendala pada pengembangan budidaya pembesaran ikan ini adalah kualitas pakan yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi pada ikan yang dipilihara.
Indonesia berpotensi untuk  mengembangkan budidaya sidat karena  mempunyai jenis ikan sidat yang beragam.  Miller & Tsukamoto (2004) melaporkan bahwa  di dunia terdapat 18 jenis sidat, tujuh  diantaranya ditemukan di perairan Indonesia  (Sugeha et al. 2006). Jenis sidat yang sudah  banyak dibudidayakan di Indonesia baru  Anguilla bicolor (Peni, 1993). Jenis tersebut  terbagi menjadi dua subspecies, yaitu A.  bicolor bicolor dan A. bicolor pacifica (Watanabe et al., 2005).  
Sidat merupakan sumberdaya  perikanan yang banyak menarik perhatian, baik dari kalangan peneliti maupun praktisi.  Hal ini dikarenakan mempunyai siklus hidup  yang unik, bergizi tinggi, dan bernilai  ekonomis tinggi baik untuk pasar lokal  maupun ekspor (Haryono, 2008). Daging sidat  memiliki kandungan protein yang tinggi 16,4%  dan vitamin A sebesar 4700 IU (Pratiwi,  1998). Secara ekonomi, Hernando (2007)  menyebutkan bahwa di Indonesia sidat belum  menjadi makanan populer, sebaliknya di  Jepang harganya sangat tinggi.  
Siklus hidup sidat sangat kompleks,  salah satu tahapan yang menarik adalah  perpindahan antara leptocephalus yang hidup  di laut menjadi glass eel yang  beruaya/bermigrasi memasuki perairan tawar  (Davey & Jellyman, 2005; Aida dalam Linton et al. 2007). Ikan sidat mempunyai kebiasaan  hidup memijah di laut yang hangat pada  kedalaman sekitar 400 m (Matsui, 1982).  Benih sidat akan masuk muara sungai pada  malam hari ketika pasang tinggi dan salinitas  di muara sungai rendah (Matsui, 1982; Tesch,  2003; Dou & Tsukamoto, 2003; Linton et al.,  2007).  
Tingginya tingkat penangkapan  berakibat makin terancamnya ketersediaan  benih sidat di alam. Diantaranya adalah  penurunan hasil tangkapan sidat Eropa  (Anguilla anguilla) yang tinggal 5-10%  dibandingkan tahun 1970an (ICES 2007  dalam Aalto et al. 2016). Bahkan jenis sidat ini  sudah masuk dalam daftar Appendix II CITES  (Charrier et al. 2012). Penurunan hasil  tangkapan benih sidat secara drastis juga terjadi pada spesies sidat Amerika (Anguilla  rostrata) dan sidat Jepang (Anguilla japonica) (Harisson et al. 2014). Kondisi serupa dapat  menimpa terhadap sidat di Indonesia bila  tidak dikelola dengan baik. Berkurangnya  hasil tangkapan benih sidat dapat  disebabkan oleh tingginya tingkat ekpsloitasi, menurunnya kualitas lingkungan berupa  pencemaran air, sedimentasi, penambangan,  dan dampak pembangunan lainnya. Oleh karena itu diperlukan identifikasi ancaman  yang terdapat di sekitar habitat ruaya benih  ikan sidat Indonesia.  Daerah penangkapan benih sidat di Indonesia terutama di pantai barat Sumatera dan pantai Selatan Jawa (Sutardjo & Mahfudz, 1972; Affandi et al., 1995; Sarwono,  1999). Hal ini terkait dengan lokasi  pemijahannya. Menurut Feunteun (2002),  bahwa lokasi pemijahan sidat jenis A. bicolor  salah satunya adalah di Samudera Indonesia  bagian barat daya Sumatera.

Klasifikasi Menurut Nelson (1994) ikan sidat diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Division : Teleostei
Ordo : Anguilliformes
Famili : Anguillidae
Genus : Anguilla
Species :  Anguilla spp.

Nama spesies : Anguilla bicolor Sidat ( Anguilla spp.) merupakan ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting baik untuk pasar lokal maupun luar negeri. Permintaan pasar akan ikan sidat sangat tinggi mencapai 500.000 ton per tahun terutama dari Jepang dan Korea,  pemasok utama sidat adalah China dan Taiwan (Anonim, 2006). Sidat yang dikenal dengan ’unagi’ di Jepang sangat mahal harganya karena memiliki kandungan protein 16,4% dan vitamin A yang tinggi sebesar 4700IU (Pratiwi, 1998).
Morfologi Tubuh sidat berbentuk bulat memanjang, sekilas mirip dengan belut yang biasa dijumpai di areal persawahan. Salah satu karakter/bagian tubuh sidat yang membedakannya dari belut adalah keberadaan sirip dada yang relatif kecil dan terletak tepat di  belakang kepala sehingga mirip seperti daun telinga sehingga dinamakan pula belut bertelinga. Bentuk tubuh yang memanjang seperti ular memudahkan bagi sidat untuk berenang diantara celah-celah sempit dan lubang di dasar perairan. Panjang tubuh ikan sidat bervariasi tergantung jenisnya yaitu antara 50-125 cm. Ketiga siripnya yang meliputi sirip  punggung, sirip dubur dan sirip ekor menyatu. Selain itu terdapat sisik sangat kecil yang terletak di bawah kulit pada sisi lateral. Perbedaan diantara jenis ikan sidat dapat dilihat antara lain dari  perbandingan antara panjang  preanal (sebelum sirip dubur) dan predorsal  (sebelum sirip punggung), struktur gigi pada rahang atas,  bentuk kepala dan jumlah tulang belakang.
Kebiasaan Makan Ikan Sidat Berdasarkan analisis isi lambung ikan sidat dewasa didapatkan  jenis makanannya adalah kepiting, udang dan keong. Sedangkan pada elver  dan glass eel, jenis makanannya tidak teridentifikasi. Berdasarkan penelitian Pirzan dan Wardoyo (1979) ikan sidat pada  stadia elver  memakan plankton, ikan kecil, udang-udangan dan insekta. Sedangkan glass eel yang baru masuk ke cabang sungai isi lambungnya kosong. Menurut Sutardjo dan Mahfudz (1971) ikan sidat yang berukuran 14,5 B 66,3 cm sebagian besar makanannya berupa udang.Jenis-jenis makanan ikan sidat tersebut sesuai dengan keberadaan jenis-jenis organism yang tersedia di habitatnya. Oleh karena itu pertumbuhan dan kehidupan ikan sidat sangat tergantung  pada kehidupan organism bentik baik insekta, moluska maupun dekapoda. Di alam ikan sidat memakan bermacam-macam insekta, cacing dan ikan kecil. Ikan sidat jantan akan matang gonad pada umur 3-4 tahun, sedangkan sidat betina 4-5 tahun. Setelah ikan dewasa akan kembali ke laut dan mencari spawning ground lalu mati setelah memijah ( spawn).
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran baik panjang volume atau berat dalam satu waktu tertentu (Effendie, 1997). Weatherley (1972) dalam Sriati (1998) mengemukakan bahwa  pada stadia juvenil, ikan sidat mempunyai laju pertumbuhan yang cepat, di mana panjang berat bersifat linier. Hal ini disebabkan karena pada stadia juvenil belum terjadi perkembangan gonad, sehingga kelebihan energi yang masuk seluruhnya digunakan untuk pertumbuhan. Umumnya di daerah tropis makanan merupakan faktor yang sangat berpengaruh demi pertumbuhan ikan sidat. Pada keadaan normal, ikan akan mengkonsumsi makanan relatif lebih banyak sehingga pertumbuhannya sangat cepat. Selain itu keberhasilan dalam mendapatkan makanan akan menentukan pertumbuhan ikan tersebut (Affandi dan Riani ; 1994). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa khusus untuk daerah tropis, pertumbuhan terjadi pada bulan April hingga September, dan pada periode tersebut ikan sidat aktif dalam mencari makan.
Beberapa penyebab pertumbuhan larva lambat adalah nafsu makan kurang, kualitas pakan tambahan rendah dan jumlah pakan yang kurang, serta padat penebaran yang terlalu tinggi. Selain itu faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya kelangsungan hidup  benih ikan sidat, adalah persiapan bak atau wadah pemeliharaan  benih yang kurang sempurna, padat penebaran yang terlalu tinggi, adanya serangan penyakit ekor putih (Sasongko dkk., 2007).




Disarikan dari berbarbagai sumber


CARA PEMBUATAN PROBIOTIK



CARA PEMBUATAN PROBIOTIK


Probiotik adalah larutan berisi mikroba hidup yang menguntungkan bagi inang dalam hal ini ikan budidaya. Mikroba itu antara lain bakteri asam laktat seperti lactobacillus, Carnobacterium, beberapa kelompok Bacillus dan Pseudomonas.
Prof. Dr. Agus Irianto, MSc PhD, guru besar mikroba Fakultas  Biologi Universitas Jenderal Soedirman Di Purwokerto mengungkapkan probiotik pada akuakultur besar manfaatnya. Probiotik bisa berperan antara lain sebagai imun untuk daya tahan, menghambat pathogen, dan peningkatan nilai nutrisi melalui penyerapan maksimal.
Probiotik Ala kelompok Sidomakmur.
Jamu (Probiotik) pakan lele yang dibuat oleh kelompok perikanan Sidomakmur ini sudah menjadi materi magang binaan Food and Agricultur Organisation (FAO) Perwakilan Indonesia. Probiotik adalah suplemen campuran untuk pakan lele yang sangat berfungsi untuk :
-          Menambah daya tahan lele terhadap serangan penyakit
-          Memudahkan pencernaan lele untuk menyerap makanan
-          Menambah nafsu makan, terutama untuk lele yang tidak nafsu makan akibat stress
-          Menguraikan bakteri akibat dari sisa-sisa pakan dan kotoran ikan
Atas dasar keuntungan tersebut, maka kelompok perikanan “Sidomakmur” telah berusaha menguji formula yang tepat untuk membuat probiotik, yaitu dengan mencampurkan bahan-bahan ekstrak dan hal ini sangat mudah ditemui di pasaran atau lingkungan kita.
Bahan Dasar :
  1. Temulawak
  2. Kencur
  3. Kunyit
  4. Asem
  5. Tetes/Molases
  6. Microba (Yacult)
Bahan dasar tersebut biasanya digiling dan dicampur, tetapi bisa juga dilakukan dengan membuat :
1.      Sinom (Jamu kunir asem)  ; 1 liter   Rp. 5000
2.      Jamu beras kencur 1 liter                 Rp. 5000
3.      Jamu Temulawak 0,5 liter                 Rp. 3000
4.      Tetes / Molases 0,5 Liter                              Rp. 1500
5.      Yakult 1 botol                                   RP. 1500

Cara membuat :
1.      Campurkan jamu sinom, beras kencur, temulawak dalam satu wadah, aduk hingga merata
2.      Tambahkan tetes kedalam campuran sambil diaduk, tambahkan air 1 liter dan aduk kembali
3.      Campurkan yakult kedalam larutan tadi dan aduk kembali
4.      Masukkan campuran tersebut kedalam jerigen dan tutup rapat
5.      Diamkan selama 10 hari agar mikroba di dalam campuran berkembang biak, tetapi buka tutup jerigen 1-2 kali sehari agar tidak meledak atau mengeluarkan uap di dalam jerigen.
6.      Setelah hari ke-11 probiotik tersebut dapat digunakan

Cara Pemakaian :
  1. Campurkan jamu 100 ml dengan air 500 ml, aduk hingga merata.
  2. Tutup larutan tersebut biarkan selama kurang lebih semalam
  3. Tebarkan larutan probiotik tersebut ke dalam kolam.
  4. Bisa dicampurkan kedalam 1 kg pakan, diamkan pakan tersebut hingga 15-20 menit, sehingga campuran probiotik meresap ke dalam pakan. Pakan siap diberikan ke lele.

BUDIDAYA IKAN LELE



BUDIDAYA IKAN LELE
MENGENAL LELE
1. Hidup pada semua perairan  tawar seperti waduk, danau, bendungan dan genangan air.
2. Di alam bebas lebih menyukai air yang mengalir pelan-pelan.
3. Suhu 20 – 30 ° C.
4. Dapat hidup pada perairan yang jelek ( O2 minim ).     
5. Pemakan segala (omnivora)
6. Termasuk binatang malam.      
7. Dapat dipelihara di kolam tanah, Semen, dan terpal

BIOLOGI
Klasifikasi  :
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophisy
Famili : Siluridae
Genus : Clarias
Species : Clarias sp
Habitat, lingkungan hidup lele adalah air tawar. Lele relatif tahan terhadap kondisi air yang menurut ukuran kehidupan ikan dinilai kurang baik. Lele juga dapat hidup dengan padat penebaran tinggi maupun pada kolam yang kadar oksigennya rendah karena lele mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut arborescent/ labirin yang membuat lele mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernapasannya.
Perilaku, Pada dasarnya lele binatang nokturnal, artinya bersifat  aktif pada malam hari atau suasana gelap. Oleh karena itu di siang hari lele lebih suka bersembunyi atau berlindung di balik benda-benda atau bebatuan di dasar perairan.
Pakan, Pakan alami lele adalah binatang-binatang renik yang hidup di lumpur dasar maupun di dalam air, antara lain cacing, jentik-jentik nyamuk, larva serangga, anak-anak siput, kutu air (zooplankton). Lele juga dapat bersifat buas bahkan kanibal, yaitu memakan sesama ikan yang ukurannya lebih kecil bahkan juga mau memakan anaknya sendiri kalo terpaksa karena kekurangan pakan. Lele juga mau memakan berbagai bahan makanan berupa limbah pertanian, limbah rumah tangga, maupun limbah industri bahan makanan, limbah kotoran binatang ternak yang disembelih, ampas kelapa, ampas tahu. Pakan buatan pabrik dalam bentuk pelet sebenarnya sangat digemari lele, namun harga pelet relatif mahal sehingga penggunaannya harus diperhitungkan agar tidak rugi mengingat harga jual lele relatif murah.
KOMODITAS UNGGULAN
1.      Cara budidayanya mudah
2.      Masa budidayanya cepat 2 - 2,5 bulan sudah bisa dipanen.
3.      Cocok untuk berbagai kondisi lingkungan
4.      Tidak memerlukan ganti air (sedikit)
5.      Pemasaran mudah
METODE DAN BUDIDAYA
Pembuatan kolam 
1.      Kolam Terpal Galian, Buatlah galian misalnya selebar 3x5 dengan kedalaman 50 cm, tanah hasil galian dapat diletakkan dipinggir sebagai pematang. Pasang atau gelar terpal diatas galian dan pancang menggunakan patok dan tali.
2.      Kolam Terpal Pagar, Buatlah kerangka kolam menggunakan bambu yang berbentuk persegi, rakit bambu tersebut sedemikian rupa hingga berbentuk seperti pagar bambu, pasang atau gelar terpal sesuai dengan luas yang diinginkan.
KRITERIA TEKNIK BUDIDAYA LELE
1.      Lama Pemeliharaan 2- 2,5 bulan
v  Benih ukuran 8 - 12 gram, panjang  3 - 5 cm, 5 - 7cm
v  Panen ukuran 100 gram
2.      Ukuran wadah          :   10 m2- 100m2
3.      Bentuk wadah          :   Kolam tanah, kolam semen, kolam terpal
4.      Aliran air : Saluran pemasukan dan pembuangan diletakkan terpisah dan berseberangan
5.      Pemupukan dapat di berikan berupa pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk kimia dengan dosis ±  0,5 kg per meter
6.      Pemberian Probiotik untuk meningkatkan daya dukung perairan dan membantu dekomposisi bahan organik.
7.      Pemberian kapur untuk menaikkan pH dan pencegahan munculnya bakteri dan patogen serta mematikan organisme pengganggu dalam tanah, dosisnya  ±  0,1 kg per meter
8.      Pemberian antibiotik dapat dilakukan untuk pencegahan penyakit (bakterial dan parasit), antara lain : oxytetrasiclin, terramycin, vitamin C. Dapat digunakan dengan langsung mencampur ke air maupun ke pakan ikan. Dosis dapat di baca pada label kemasan.
9.      Ketinggian air :  75 -150 cm
10.  Padat tebar :  75 – 150 ekor/m2
11.  Dosis pakan 3 – 5 % berat total ikan/ hari
v  Metode pemberian pakan berupa pellet (per 1000 benih);
a.      Hari ke  0 –  14 sebanyak 0,3 - 0,5 kg per hari
b.      Hari ke 14 – 28 sebanyak 0,7 - 1,7 kg per hari
c.       Hari ke 28 – 42 sebanyak 1,7 - 2,5 kg per hari
d.     Hari ke 42 – 56 sebanyak 2,0 - 3,4 kg per hari
v  Pemberian pakan tambahan seperti (limbah ternak dan rumah tangga) juga dapat diberikan selain pakan pellet
v  Total pakan pelet yang diberikan sampai panen per 1000 ekor : 70 - 120 kg pellet, ±  2 - 2. 5 karung.
12.  Jenis  Frekuensi pemberian pakan ikan 2 – 3 kali (waktu efektif jam 10.00 pagi dan 18.00 sore)
13.  Perhitungan biaya budidaya lele per siklus produksi (per 1000 ekor )
v  Benih : 1000 x harga Rp.150,-         : Rp 150.000,
v  Pakan : 2,5 x 200.000                        : Rp 500.000,
v  Pakan tambahan                               : Rp   75.000,
v  Pupuk, kapur, obat2an                   : Rp   50.000,
Total biaya                                    Rp 775.000


PEMBENIHAN

PEMBEDAAN JANTAN DAN BETINA
Menurut Effendie (1984), pada ikan untuk membedakan jantan atau betina dapat dilihat atau dicirikan menjadi dua, yaitu :
§  Sifat seksual primer
Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina dan pada ikan jantan testis dengan pembuluhnya. Biasanya pada ikan-ikan muda sifat seksual primernya sukar ditentukan walaupun ikan itu gonokhoris berdiferensiasi.
§  Sifat seksual sekunder.
Sifat seksual sekunder adalah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina. Ikan dikatakan memiliki seksual dimorfisme jika satu spesies ikan mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina. Kemudian apabila yang menjadi tanda adalah warna maka ikan itu memiliki seksual dikromatisme. Pada dasarnya sifat seksual sekunder dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Sifat seksual sekunder sementara.
    Tanda ini muncul hanya pada waktu musim memijah saja.
b. Sifat seksual sekunder permanen.
    Tanda ini tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim memijah
Perbedaan ikan Lele jantan dan betina adalah ikan Lele jantan mempunyai alat kelamin berbentuk runcing dan hanya memiliki satu lubang sebagai urogenital. Sedangkan ikan Lele betina  alat kelaminnya berbentuk bulat dan memiliki dua lubang yaitu untuk genital dan urine.
Urutan Pembenihan
1.      Menyiapkan Induk Jantan da Betuna yang telah siap menijah (matang gonad)
Induk siap pijah betina umur 1- 1,5 tahun dan berat 0,75-1 kg
Induk siap pijah jantan umur 1- 1,5 tahun dan berat 0,5-0,75 kg
2.      Siapkan kolam pemijahan ukuran kurang lebih minimal 2x4m, bersihakan dari semua kotoran, ketinggian air 60-80 cm
3.      Sediakan kakaban sebagai media peletakan telur
4.      Campur indukan di kolam pemijahan pada waktu sore hari (waktu pemijahan pada malam hari)
5.      Keesokan hari cek kolam pemijahan apakah sudah ada telur atau tidak. Jika sudah ada ambil induk danpisahkan ke kolam lain.
6.      Penetasan telur 16 -20 jam pada suhu 27 -290C

PEMBENIHAN

PEMBEDAAN JANTAN DAN BETINA
Menurut Effendie (1984), pada ikan untuk membedakan jantan atau betina dapat dilihat atau dicirikan menjadi dua, yaitu :
§  Sifat seksual primer
Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina dan pada ikan jantan testis dengan pembuluhnya. Biasanya pada ikan-ikan muda sifat seksual primernya sukar ditentukan walaupun ikan itu gonokhoris berdiferensiasi.
§  Sifat seksual sekunder.
Sifat seksual sekunder adalah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina. Ikan dikatakan memiliki seksual dimorfisme jika satu spesies ikan mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina. Kemudian apabila yang menjadi tanda adalah warna maka ikan itu memiliki seksual dikromatisme. Pada dasarnya sifat seksual sekunder dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Sifat seksual sekunder sementara.
    Tanda ini muncul hanya pada waktu musim memijah saja.
b. Sifat seksual sekunder permanen.
    Tanda ini tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim memijah

Perbedaan ikan Lele jantan dan betina adalah ikan Lele jantan mempunyai alat kelamin berbentuk runcing dan hanya memiliki satu lubang sebagai urogenital. Sedangkan ikan Lele betina  alat kelaminnya berbentuk bulat dan memiliki dua lubang yaitu untuk genital dan urine.


Urutan Pembenihan
1.      Menyiapkan Induk Jantan da Betuna yang telah siap menijah (matang gonad)
Induk siap pijah betina umur 1- 1,5 tahun dan berat 0,75-1 kg
Induk siap pijah jantan umur 1- 1,5 tahun dan berat 0,5-0,75 kg
2.      Siapkan kolam pemijahan ukuran kurang lebih minimal 2x4m, bersihakan dari semua kotoran, ketinggian air 60-80 cm
3.      Sediakan kakaban sebagai media peletakan telur
4.      Campur indukan di kolam pemijahan pada waktu sore hari (waktu pemijahan pada malam hari)
5.      Keesokan hari cek kolam pemijahan apakah sudah ada telur atau tidak. Jika sudah ada ambil induk danpisahkan ke kolam lain.
6.      Penetasan telur 16 -20 jam pada suhu 27 -290C

Pendederan 1
         Padat tebar larva : 20 ekor/liter
         Wadah : bak tembok/plastik/fibre glass
         Kedalaman air : 20-40 cm
         Pakan : cacing Tubifex sp. (minggu pertama), kombinasi cacing Tubifex sp. dengan pakan buatan (minggu kedua) dan pakan buatan (minggu ketiga).  Pakan alami diberikan secara ad libitum, sedangkan pakan buatan dengan dosis 10-15 % bobot biomas dengan frekuensi pemberian empat kali per hari
         Sistem air : air bening (clear water) atau air hijau (green water)
         Lama pemeliharaan : 14 -21 hari
         Seleksi ukuran dan kelengkapan organ (tidak cacat)

Pendederan 2
         Padat tebar larva : 150 ekor/m2
         Wadah : bak tembok/plastik/fibre glass atau kolam
         Kedalaman air : 30-50 cm
         Pakan : Pakan tepung (minggu pertama) dan pelet butiran satu mm, sebanyak 10-15 % bobot biomas/hari (minggu pertama-kedua) dan  5 % bobot biomas/hari dengan frekuensi pemberian tiga kali per hari
         Lama pemeliharaan : 21-28 hari
         Seleksi ukuran dan kelengkapan organ (tidak cacat)

MINA PADI

BUDIDAYA NILA SISTEM MINA PADI PENDAHULUAN Sistem mina padi merupakan cara pemeliharaan ikan di sela-sela tanaman padi, seba...

Popular