IKAN TAWES (Puntius javanicus)
Ikan tawes
merupakan salah satu ikan yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia.
Kegiatan budidaya dilakukan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Budidaya ikan
tawes tidak sulit untuk dilakukan. Beberapa persyaratan diperlukan untuk mendukung
pertumbuhan ikan tawes. Kegiatan budidaya yang dilakukan terdiri dari kegiatan
pembenihan, pendederan dan pembesaran.
I. SISTEMATIKA
Ordo :Ostariophysi
Famili :Cyprinidae
Subfamili :Cyrininae
Genus :Puntius
Spesies :Puntius javanicus
Indonesia :Tawes, Bander, Putihan, Badir, Kendia
II. CIRI-CIRI MORFOLOGI
Bentuk badan agak panjang dan memipih kesamping dengan punggung meninggi. Mulut
kecil, memiliki kumis/sunggut pendek dua pasang, yang sering sangat kecil atau
berumeter. Bagian punggung warnanya lebih gelap, bentuk sirip ekor bercagak.
III. SIFAT SIFAT BIOLOGIS
Merupakan ikan asli perairan sungai. Panjang maksimum dapat mencapai 50 cm.
Diperairan umum pemijahan berlangsung pada musim penghujan. Telur bersifat tenggelam berwarna kuning bening (transparan) dan tidak menempel.
Telur menetas setelah 13–20 jam pada suhu sekitar 25 oC. Anak ikan
pemakan zooplankton kecil dan alga bersel satu, setelah mencapai ukuran 10 cm
mulai memakan tumbuhan seperti Ceratophyllaceae,
Najadaceae, Characea, Chorophyceae, rumput rumputan dan lain lain. Ikan
tawes termasuk ikan herbivora. Dapat hidup diperairan payau dengan salinitas 7–10
promil.
IV. PEMELIHARAAN INDUK
Induk ikan tawes jantan dan betina sebaiknya dipelihara secara terpisah.
Ikan tawes sudah dapat dipijahkan pada umur sekitar satu tahun, dengan kisaran
berat 250 - 350 gram setiap ekor, pada jantan matang kelamin umur 6 – 8 bulan.
Pemilihan induk ikan tawes dilakukan dengan seleksi bertahap berdasarkan kecepatan
pertumbuhannya.
Setelah induk berumur sekitar setengah tahun, dilakukan lagi seleksi
berdasarkan bentuk morfologis, yaitu dicirikan dengan :
Ø Kepala
agak mengecil dan meruncing.
Ø Sisik besar besar dan teratur.
Ø Letak lubang urogenital relatif dekat dengan pangkal ekor
Ø Jinak dan
gerakannya lamban.
Cara membedakan induk
tawes jantan dan betina yang praktis adalah dengan cara memijit perut kearah
dubur secara perlahan. Induk jantan akan mengeluarkan cairan putih susu,
gerakannya lebih lincah dan tutup insangnya terasa kasar bila diraba. Induk
betina matang kelamin dicirikan dengan perut membesar ke arah lubang
urogenital, perut bila diraba terasa lembek, lubang urogenital kemerahan dan
pembuluh darah pada sirip sirip nampak kemerah merahan.
Bila kolam
pemeliharaan induk baik kondisi maupun makanan cukup baik tersedia, induk
betina dapat dipijahkan setiap 3 – 4 bulan, sedangkan untuk ikan jantan adalah
1 – 2 bulan sekali. Induk ikan tawes diberi makan dedak halus dan daunan. Jenis
daun digunakan diantaranya daun talas, singkong (ubi kayu), pepaya dan daun
daun lainnya. Padat penebaran 1 – 2 kg / 5 m2, tergantung kesuburan
kolam.
V.
PEMIJAHAN
Dalam pemijahan
tradisional yang menggunakan kolam dikenal dengan dua cara yaitu cara Awipari dan Purbaratu, prinsipnya
kedua cara ini sama hanya pada cara Purbaratu mengunakan dua kolam yang pertama
sebagai kolam pengendapan dan kedua sebagai kolam pemijahan. Cara Purbaratu
dikembangkan pada daerah dengan kondisi air keruh.
Kolam pemijahan merangkap juga sebagai kolam penetasan dan pendederan. Luas kolam
berkisar antara 200 – 400m2 atau lebih, dengan kedalaman air 75 –100
cm.
Persiapan kolam pemijahan mula mula dasar kolam dikeringkan. Sebaiknya dasar kolam sedikit berpasir, agar tidak
pecah - pecah bila dikeringkan, mengingat telur tawes bersifat tenggelam sampai
di dasar kolam.
Saat pemijahan akan dimulai kolam segera di isi air, kemudian induk
ikan dimasukan sebanyak kurang lebih 10-20
pasang induk. Air yang masuk diusahakan mengalir terus hingga pemijahan terjadi.
Biasanya pada sore hari atau malam hari
sekitar pukul 18.00–22.00, biasanya terdengar suara agak mendengung–dengung
seperti kumbang, penetasan telur ikan
tawes lebih cepat bila dibandingkan dengan ikan mas, yaitu sekitar 13 jam pada suhu sekitar 25 oC dan 11
jam pada suhu sekitar 32 oC.
Pemanenan benih dilakukan pada umur 20 - 30 hari. Produksi benih perpasang
induk mencapai 10.000 sampai 25.000 ekor (ukuran 1-3 cm). Produksi ini sangat tergantung
pada kondisi kolam, baik air maupun kesuburan dan besarnya induk.
VI. PENDEDERAN
Setelah larva berumur sekitar 2 hari, segera dipindahkan ke kolam
pendederan yang telah dipersiapkan. Perlakuan kolam pendederan benih ikan tawes
sama dengan untuk ikan mas.
Langkah pertama adalah mempersiapkan lahan untuk pendederan. Kolam terlebih
dahulu dikeringkan selama 2-3 hari. Setelah itu kolam kapur dengan dosis 50
gr/m2 dan diberikan pupuk kandang dengan dosis 300-500 gr/m2
tergantung kesuburan lahan. Kemudia air diisikan dengan ketinggian 50-80
cm dari dasar lahan. Air dibiarkan selama 3-5 hari untuk memberikan kesempatan
pakan alami tumbuh dan berkembang. Setelah pakan alami
tersedia maka lahan siap untuk ditebarkan benih ikan tawes.
Penebaran benih harus dilakukan dengan hati-hati. Sebelum ditebarkan,
sebaiknya benih dilakukan proses aklimatisasi (proses adaptasi) dengan
lingkungan barunya. Hal ini untuk menghindarkan benih stres yang berlebihan.
Setelah kira-kira15-30 menit, benih dapat ditebar. Padat tebar benih dapat
mencapai 1 kg/ m3.
Pakan yang diberikan selama masa pemeliharaan terdiri dari pakan alami dan
pakan tambahan berupa pellet. Pakan alami dapat dijaga ketersediaanya dengan
rutin melakukan pemupukan. Pada saat air terlihat jernih maka pemupukan ulang
dengan pupuk kandang dapat dilakukan. Sebaiknya pupuk diletakkan dalam karung
yang dilubangi untuk menghindarkan pencemaran air oleh padatan pupuk.
Selain pakan alami, harus ditambahkan pakan buatan berupa pellet dengan
kandungan protein 28-35 % untuk mendukung pertumbuhan benih ikan. Frekuensi
pemberian pakan 2-3 kali perhari sebanyak 3 % perhari dari total berat ikan.
Pemberian pakan harus memperhatikan kebutuhan benih dan kualitas air. Benih
yang sudah tidak mau makan harus dihentikan pemberian pakanya. Kualitas
air harus dijaga agar benih tidak terganggu
dalam kegiatan pertumbuhanya.
Kualitas air selalu diperhatikan dengan mencermati perilaku ikan dan
perubahan air yang terjadi selama masa pemelihaan. Penggantian air dapat
dilakukan setiap minggu sebanyak 25 % dari total volume air.
Panen dilakukan setelah masa
pemeliharaan selama kurang lebih 3-4
minggu.
VII. PEMBESARAN
UNTUK KONSUMSI
Teknik pembesaran sampai ukuran konsumsi hampir sama dengan teknik
pendederan. Perbedaannya dalam kegiatan pembesaran tidak dibutuhkan pakan alami karena ikan sudah berukuran besar sehinggga bukaan
mulutnya tidak sesuai lagi dengan ukuran pakan alami. Namun, penumbuhan
plankton tetap diperlukan untuk menjaga kualitas air. Perairan yang subur akan
lebih stabil dan sesuai bagi pertumbuhan ikan. Pakan yang diberikan mutlak
memerlukan pakan tambahan berupa pellet ditambah dengan daun-daunan untuk
memacu pertumbuhan ikan.
Panen dilakukan pada saat ukuran ikan mencapai berat 200-300 gr/ekor atau
sesuai dengan target produksi.
VIII. ANALISA
USAHA
Analisa usaha budidaya ikan tawes dalam kegiatan pendederan di kolam terpal
ukuran 60 m2 selama 2 bulan pemeliharaan adalah sebagai berikut :
Biaya investasi
Pembuatan kolam terpal ukuran (8 x 12) meter : 250.000,-
Pengadaan alat :
1. Seser :
10.000,-
2. Ember :
10.000,-
3. Cangkul :
20.000,-
Jumlah :
290.000,-
Biaya tetap
Penyusutan :
Kolam terpal (50 % pertahun) : 10.500,-/ bln
Biaya variabel
Benih ikan tawes (5 kg x 15.000,-) : 75.000,-
Pakan (50 kg x 7000,-) :
350.000,-
Pupuk (18 kg x 1000) :
18.000,-
Jumlah :
443.000,-
Pendapatan
Penjualan ikan tawes (50 kg x 15.000,-) :
750.000,-
Keuntungan persiklus produksi
Biaya prouksi – pendapatan
(443.000,-) – (750.000,-) :
307.000,-
Daftar Pustaka
Susanto, H. 2003. Usaha
Pembenihan dan Pembesaran Tawes. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar